3.

Seorang mahasiswa Muslim tunanetra di Leicester, Inggris diizinkan membawa anjing pemandunya ke lingkungan kompleks masjid

alam Islam, air liur anjing dianggap hal yang najis dan tidak boleh masuk ke dalam masjid. Namun, Dewan Syariah Islam Inggris baru-baru ini mengeluarkan fatwa yang membolehkan anjing pemandu masuk ke lingkungan masjid, meski bukan ke dalam ruangan untuk shalat.

More RELIGIOUS & ADVICE graphics


sosiasi Anjing Pemandu untuk Orang Buta dan Dewan Muslim Inggris bekerja sama untuk mendukung permintaan Mohammed Abraar Khatri (18).

Fatwa yang dikeluarkan badan ulama ini merupakan langkah maju untuk orang Muslim yang buta dan sebagian buta.

Menurut jubir asosiasi pengurus anjing pemandu untuk orang buta, para pemimpin masjid di Inggris dan internasional diharapkan dapat melakukan tindakan penyesuaian yang serupa agar pemilik anjing pemandu yang Muslim ini bisa masuk ke dalam masjid.

Khatri merasa bersyukur atas keputusan dewan agama yang berkewajiban untuk menolongnya. Khatri juga senang karena anjing pemandunya yang bernama Vargo boleh menemaninya ke dalam lingkungan masjid.

"Mereka (dewan pengurus fatwa) adalah orang-orang yang sangat baik dan mereka pula yang mau membantu karena ini merupakan kewajiban mereka untuk memberikan akomodasi," ujar Khatri.

"Vargo hanya duduk berbaring dan rileks. Menjadi seekor anjing pemandu, perilakunya cenderung tenang dan rileks," aku Khatri.

Untuk kenyamanan, pihak pengelola Masjid Bilal Jamia menyediakan ruang istirahat khusus di depan pintu masuk masjid. Ruang ini sengaja disediakan agar Vargo bisa duduk tenang saat majikannya sedang shalat.

Keputusan ini dibuat setelah berdiskusi dengan para pemimpin Muslim.

Saya percaya bahwa semua masjid yang baru dibangun semestinya juga menyertakan fasilitas semacam itu untuk orang cacat dan menjadi bagian pokok dalam rancang bangun," ujar Mohammad Shahid Raza, Direktur Dewan Imam dan Masjid Inggris.

Masjid Bilal sengaja menyediakan persyaratan khusus untuk anjing pemandu seperti itu agar bisa berdiam diri dengan tenang dan aman di dalam lingkungan kompleks masjid selama majikannya sedang shalat.

"Fasilitas seperti itu mencerminkan pendirian yang islami untuk membantu orang cacat atau buta dan memperkokoh pelayanan yang kami sediakan untuk masyarakat Muslim," ujar jubir Masjid Bilal.


NEW YORK (fathz-341.blogspot.com) Serangan provokatif yang dilakukan belakangan ini atas Islam dan Kaum Muslim terjadi menyusul akan terbitnya sebuah buku berjudul : “Jewel of Medina (Permata dari Madinah)” pada bulan Oktober 2008.
Ini adalah buku yang ditolak terbit di Amerika, tapi para penerbit Inggris yang seringkali membuat tulisan-tulisan dan pernyataan-pernyataan anti-Islam ‘Londonistan’ telah memutuskan untuk menerbitkannya, dengan alasan kebebasan berbicara.




Rencana Martin Rynja untuk menerbitkan novel kontroversi karya Sherry Jones berjudul “Jewel of Medina” menuai kecaman keras dari berbagai pihak, bahkan sekelompok orang melakukan aksi pelemparan bom di kantornya yang juga merupakan kantor penerbitan Gibson Square.

Walaupun isi dan sifat alami yang sesungguhnya dari buku itu yakni penghinaan atas Nabi Muhammad (SAW) dan Ibu Orang Mukmin Siti Aishah (RA) tidak diketahui, tapi media melaporkan sekelumit pikiran yang tersimpan di buku itu. Seorang Profesor Universitas Texas, Denise Spellberg, telah membaca buku itu dan mengatakan bahwa buku itu “memperolok-olok kaum Muslim dan sejarahnya” dengan dia menggambarkan buku tersebut sebagai “sangat jelek, sebuah karya yang bodoh ” dan mengatakan “Anda tidak dapat bermain-main dengan sejarah yang sakral dan merubahnya menjadi sebuah karya pornografi murahan”. Kami masih menunggu apa yang sebenarnya terdapat dalam buku itu.

“Digambarkan sebagai sebuah kisah tentang nafsu, cinta dan intrik dari seorang istri Nabi, Jewel of Medina menceritakan tentang kehidupan istri ke tiga Nabi Muhammad SAW, Aishah, pernikahannya pada usia 9 tahun, dan bagaimana dia menggunakan kecerdasan serta kekuatannya untuk bertahan dari istri lainnya”, menurut Daily Mail. Novel tersebut juga menceritakan, pada usia 14 tahun Aishah hampir mengkhianati suaminya setelah mereka berpisah ketika mereka bepergian bersama. Lalu dia diselamatkan oleh teman masa kecilnya, dia merayunya namun Aishah menolak. Berita tersebut dengan cepat menggoncangkan Madinah. Ketika dia kembali, orang-orang menuduhnya berzina. Seorang sahabat Rasul mendesaknya agar menceraikan Aishah, namun Nabi Muhammad berkata, “Aku akan melakukannya jika aku telah mengeluarkaan jantungku”.


;;